KERANGKA INI ADALAH SEBUAH PETA JALAN EVOLUSI KESADARAN yang dirancang untuk menjawab tantangan abad ke-21 dengan menggali kearifan terdalam Kebudayaan Sunda.
Pajajaran Anyar
Jika Tahap 1 adalah tentang menemukan kesadaran internal (KURING), Tahap 2 adalah tentang memanifestasikan kesadaran itu sebagai aksi eksternal (WELAS ASIH). Kesadaran sejati tidak berakhir di dalam diri; ia wajib bermanifestasi sebagai aksi yang adil dan beradab.
Istilah KA-MANUSAAN memiliki makna ganda: (1) KAMA-NUSA, kesadaran bahwa tubuh (Raga) kita berasal dari saripati (Kama) Tanah Air (Nusa), dan (2) KA-MANUSA, kewajiban untuk bertindak welas asih sebagai konsekuensi logis dari kesadaran Ilahi (Tahap 1).
Prinsip utamanya adalah: "MANDANG KA DIRI BATUR SACARA DIRINA PRIBADI" (memandang diri orang lain sebagaimana memandang diri sendiri). Ini bukan sekadar ajaran moral, tapi sebuah realisasi filosofis bahwa "orang lain" pada hakikatnya adalah manifestasi dari esensi universal (KURING) yang sama dengan diri kita.
Sebelum melangkah ke aksi etis, kita harus memahami landasan kesetaraan. AJI DIPA (Ilmu yang Rata/Setara) adalah sebuah konsep ontologis yang menyatakan bahwa semua manusia pada hakikatnya setara, bukan karena politik, tetapi karena tersusun dari tiga komponen fundamental yang sama:
Perbedaan suku, agama, atau status sosial menjadi superfisial jika dibandingkan dengan kesamaan hakiki ini. Inilah fondasi humanisme budaya spiritual Sunda.
Interaksi antar manusia yang berdaulat (berbasis Aji Dipa) memiliki satu undang-undang dasar moral yang fundamental, yang digali dari naskah kuno Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK): "TEU SUDI NGAJAJAH, TEU SUDI DIJAJAH" (Tidak sudi menjajah, tidak sudi dijajah). Prinsip ini adalah jembatan moral pertama antara kedaulatan internal (Tahap 1) dan harmoni eksternal (Tahap 2).
Jika AJI DIPA adalah fondasi individu, DASAPREBAKTI (Sepuluh Bakti) adalah arsitektur untuk harmoni sosialnya. Di era modern yang terobsesi menuntut HAK, kearifan ini menawarkan paradigma tandingan: membangun hubungan yang sehat dimulai dari pemenuhan KEWAJIBAN.
Dasaprebakti (dari naskah SSK) bukanlah hierarki kaku, melainkan sebuah MATRIKS TANGGUNG JAWAB TIMBAL BALIK (RESIPROKAL) yang menciptakan masyarakat berkepercayaan tinggi (high-trust society). Kesepuluh bakti tersebut adalah:
Tatanan sosial yang adil tidak dipaksakan dari luar, ia tumbuh secara organik dari individu-individu yang telah berdaulat (Tahap 1) dan menjalankan kewajiban timbal baliknya (Tahap 2).