KERANGKA INI ADALAH SEBUAH PETA JALAN EVOLUSI KESADARAN yang dirancang untuk menjawab tantangan abad ke-21 dengan menggali kearifan terdalam Kebudayaan Sunda.
Pajajaran Anyar
Inilah puncak dari perjalanan spiritual PANCASILA DASAR SALIRA. Setelah empat tahap sebelumnya dijalani, Keadilan bukanlah sebuah tatanan eksternal yang dicari, melainkan sebuah kondisi internal yang terwujud. Ini adalah manifestasi dari sebuah tatanan diri yang telah selaras secara utuh.
Jika empat sila pertama adalah proses "membangun jiwa", maka sila kelima adalah "jiwa yang telah terbangun" itu sendiri. Ini adalah kondisi KERTA JAYA RAHAYU—sebuah keadaan damai, unggul, dan sejahtera—yang lahir dari individu yang telah berdaulat (Tahap 1), hidup dalam welas asih (Tahap 2), memiliki integritas (Tahap 3), dan menjalankan musyawarah batin berbasis hikmat (Tahap 4).
Prinsip utamanya adalah: "ADIL TEH HUKUMNA, SOSIAL HAKIMNA" (Keadilan adalah hukumnya, sosial adalah hakimnya). Dalam konteks internalisasi ini, "sosial" adalah "masyarakat" atau "rakyat" di dalam diri kita sendiri: seluruh anggota tubuh, pikiran, dan rasa.
Keadilan internal ini terwujud ketika seluruh "rakyat" di dalam diri kita telah mencapai sinergi yang luar biasa adil. Setiap anggota tubuh dan setiap aspek kesadaran (pikiran, rasa, intuisi) berfungsi sesuai kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing. Tidak ada satu bagian—seperti ego atau nafsu—yang menjajah atau mendominasi bagian lainnya. Ini adalah kondisi harmoni internal yang sempurna.
Dengan tercapainya Tahap 5, lingkaran spiritual menjadi sempurna. Pencerahan internal (Ka-Tuhanan) telah sepenuhnya membumi sebagai keadilan di dalam diri. Inilah hasil akhir dari perjuangan kedaulatan pikiran: terwujudnya MANUSA JATI atau Manusia Paripurna.
Kualitas puncak dari Manusa Jati adalah SINGER (KEDAULATAN PIKIRAN). Ia kini merdeka, berdaulat penuh atas pikirannya, dan bebas dari penjajahan internal (ego, nafsu) maupun eksternal (dogma, hegemoni, "Gua Digital").
Namun, kedaulatan ini tidak egois. Sesuai amanat Tahap 2, Manusa Jati yang berdaulat ini tetap membawa tanggung jawab penuh berdasarkan kompas moral KA-MANUSAAN (welas asih) yang telah dipahaminya secara utuh.
Manusa Jati kini ditandai oleh lima kualitas utama (PANCA WALUYA):
Setelah kedaulatan diri ini tercapai, barulah aplikasi eksternal menjadi mungkin. Konsep-konsep seperti tatanan negara yang adil (Restorasi Konstitusional) atau tatanan ekonomi yang berkeadilan (Koperasi Triwikrama) bukanlah bagian dari perjalanan ini. Sebaliknya, itu semua adalah CONTOH CIPTAAN yang akan lahir secara alami dari individu-individu Manusa Jati yang telah berdaulat pikirannya, disesuaikan dengan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.